Rabu, 02 Juli 2014

Cerita Malam Pengantin (Malam Pertama)






Cerita Malam Pengantin (Malam Pertama) - Informasi terbaru di pagi hari ini yaitu mengenai sebuah cerita malam pengantin yang mungkin bisa menghibur anda semuanya. berikut cuplikan lengkapnya. Pantai yang sejuk, debur ombak yang syahdu, dengan semilir angin sore yang dingin sesekali menyengat kulit sungguh menjadi momen paling indah di kala kami berbulan madu di parangtritis yogyakarta. Sudah dua hari kami berada disini untuk menghabiskan waktu bulan maduhadiah dari keluarga, dan masih tersisa dua hari lagi untuk kami sebagai pasangan baru menikmati nuansa romantis selatan Pulau Jawa. Hari ini, kami tidak akan menghabiskan malam yang panjang kami hanya di hotel pantai parantritis. Dengan mobil pribadi, kami bertekat untuk mencari suasana baru di kota yogyakarta.

Malioboro adalah tujuan yang pas untuk kami tuju, disamping mengingat masa-masa kuliah bersama, malioboro juga memiliki banyak cerita yang mengagumkan untuk perjalanan karirku hingga sekarang menjadi direktur di sebuah perusahaan swasta ternama. “Sayang, kamu mau makan dimana?” Tanyaku pelan kepada istriku yang sejak tadi hanya terdiam tak seperti biasanya. “Sayang, sayang kamu sakit? Pucat begitu mukanya”? Sedikit tersenyum namun dengan pandangan kosong istriku menatap sejenak ke arahku dan kembali menatap lurus ke dapan tanpa satu katapun terucap dari bibirnya. Karena telah sampai di malioboro, kuhentikan mobilku dan terparkirlah di antara mobil-mobil para pelancong kota budaya yogyakarta.

Istriku tetap pada diamnya, tanpa kata, tanpa suara dan tanpa ekspresi seperti biasanya. Tapi biarlah, mungkin dia terlalu capek karena dua hari ini kami telah menghabiskan hari-hari bersama. “Mas, aku mau pulang,” suaranya yang lirih mulai terdengar. “Kenapa pulang sayang, bukankah kita akan menghabiskan malam ini di sini?” Tanyaku kepadanya yang masih dalam tatapan kosong. “Aku sudah memesan kamar hotel di seberang jalan sana untuk kita berdua, bukankah kamu sangat ingin menginap di hotel itu sayank”? Jawabku sedikit kesal kepadanya yang dari tadi hanya terdiam dan akhirnya sesekali bicara justru mengajak pulang.

Kugandeng tangan istriku yang kurasa semakin dingin, kamipun berjalan menuju hotel. Kunci kamar telah ada di genggaman, dan hingga selarut ini istriku yang ku kenal manis, ramah, manja, cantik serta lugu kini hanya diam tanpa ekspresi. Kami masuki ruang kamar, kupandang tatanan kamar yang begitu nyaman dan romantis. “Andaikan istriku malam ini tak diam, mungkin malam ini kan menjadi malam terindah di bumi Yogyakarta” (pikirku dalam hati). Inilah malam pengantin yang mendebarkan, suasana yang begitu romantis sungguh sangat tepat bagi kami pengantin baru untuk melakukan suatu hubungan.

Tetapi istriku tak menampakkan raut bahagia berada disini, “Apa yang kamu mau sayang, kenapa kamu berbeda hari ini? Sejak berangkat tadi kamu terlihat tak seperti biasanya.” Tanyaku kepadanya karena aku sedikit bingung dengan dirinya hari ini. “aku mau pulang, aku mau pulang, aku mau pulang” kata-kata ini yang terus terucap dari bibir istriku dengan suara lirih yang tak pernah kukenal sebelumnya. Selang beberapa lama, dia terlelap tak sadarkan diri atau bisa dibilang pingsan. Terlihat sesosok bayangan putih dari layar kaca almari kamar dan suara itu, “Aku mau pulang” ikut bersama bayangan itu.

Setelah siuman dari pingsannya, istriku baru cerita bahwa ketika hendak keberangkatan kami ke sini dia diikuti oleh seorang perempuan yang mencari rumahnya, tetapi karena takut dia mengabaikannya dan meninggalkannya. Kini, aku baru mengingat bahwa sesosok itu mungkin arwah gentayangan yang beberapa hari lalu menurut masyarakat setempat korban kecelakaan. Sungguh malam ini membuat malam pengantin kami menjadi sangat mendebarkan dan menakutkan, apalagi kami berada di kampung orang.

Demikianlah informasi yang dapat saya sampaikan untuk sobat semuanya, sekian dari saya dan terima kasih.

0 komentar:

Posting Komentar